Selasa, 24 November 2009

Tetap Pede tanpa Qwerty

| |


BIARPUN pasar sedang demam BlackBerry jadi-jadian, sebagian vendor ponsel merek lokal tetap percaya diri menawarkan ponsel tanpa keypad Qwerty. HT Mobile, contohnya, menghadirkan HT20.

Tampilan fisik yang elegan dan respons pengetikan SMS yang cepat menjadi nilai plus ponsel dual on GSM-GSM plus televisi tersebut. Penerimaan siaran televisi HT20 tergolong bagus. Pengguna bisa merekam siaran televisi yang sedang dinikmati.

Pengubah suara, black list, penambah suara latar, dan bluetooth. adalah sebagian fitur lain HT20. Kinerja kamera 1,3 megapikselnya kurang prima, namun belum sampai ke tataran amat jelek.

Karena memori internal HT20 sangat terbatas, hanya 219 KB, pengguna mutlak selalu menancapkan kartu mikro SD. Dengan harga jual Rp 1,03 juta, ia layak dijadikan alternatif oleh konsumen yang enggan latah dengan ponsel ala BlackBerry.

Diga lebih ekstrem. Kalau HT Mobile sudah punya dua ponsel Qwerty, Diga sama sekali belum mengusung ponsel Qwerty. Merek Diga dikembangkan oleh Dian Graha Elektrika (DGE) yang dulu identik dengan ponsel Siemens, BenQ-Siemens, dan BenQ.

G126, satu di antara tiga ponsel perdana Diga, bertampilan fisik mirip sisi muka LG KF600. Ponsel dual on GSM-GSM itu memiliki dua layar sentuh. Layar sentuh atas seperti layar sentuh di kebanyakan ponsel. Sedangkan layar sentuh bawah menampilkan ikon yang bersifat spesifik, sesuai dengan menu yang diakses pengguna.

Selama menguji pakai G126, menurut penulis, praktis hanya layar sentuh ganda yang menjadi nilai jual utama ponsel tersebut. Fitur-fitur lainnya relatif biasa. Ada blacklist, shortcut Facebook, radio FM, dan bluetooth.

Ruang penyimpanannya terdiri atas memori internal 494 KB dan kartu mikro SD. Aplikasi berbasis Java dapat diinstalasikan ke ponsel yang dibanderol Rp 1,39 juta itu. Kinerja kamera VGA di G126 pantas dikategorikan sangat buruk. Suara yang diperdengarkan kala memainkan musik juga kurang prima. (Herry S.W./rum)

0 komentar:

Ir arriba