PASURUAN - SMKN Nguling di Kabupaten Pasuruan kemarin (7/10) punya gawe spesial. Para siswa menggelar pemilihan ketua OSIS. Acara pemilihannya digelar bak pemilu. Ada tahap verifikasi sampai kampanye calon segala.
Untuk acara itu persiapannya sampai makan waktu satu bulan. Dan kemarin adalah puncaknya. Ada empat kandidat yang lolos masuk babak pemilihan. Nasib mereka ditentukan oleh sekitar 470 pelajar di SMKN Nguling.
Kandidat yang berhak dipilih adalah Maria Istiningtiyas, Slamet Fitron, Ana Khusnul. Ketiganya siswa jurusan multimedia. Serta satu kandidat lagi yakni Khoiron, siswa jurusan otomotif.
"Di awal pemilihan ada sekitar 30 siswa yang terjaring sebagai kandidat. Dari 30 calon tersebut, kemudian dikerucutkan sampai menjadi 4 calon ini," kata Sugeng Widodo, guru yang juga menjadi penyeleksi di tahapan fit and proper test kandidat.
Dalam fit and proper test, para kandidat juga harus punya visi dan misi.
Setelah lolos masuk empat besar, mereka diwajibkan berkampanye. Halaman sekolah dijadikan arena kampanye. Sekitar pukul 07.00, keempatnya bergiliran berkampanye. Ada yang pakai baju adat untuk lebih menarik perhatian.
Para kandidat itu maju sebagai calon ketua OSIS dengan tujuan hampir sama. Ingin membawa membawa perubahan dalam OSIS SMKN Nguling. Tapi ada juga yang menyebut karena ingin memajukan salah satu ekstra kulikuler di sekolahnya.
"Saya ingin menjadikan Al Banjari sekolahan semakin maju. Kalau menjadi ketua OSIS, saya yakin Al Banjari sekolah akan banyak menuai prestasi," kata Khoiron, salah satu kandidat.
Tarung lawan kandidat yang laki-laki tak membuat kandidat perempuan gentar. Maria dan Ana menyebut demokrasi tidak memilah antara lelaki dan perempuan.
Seusai kampanye, barulah proses pemilihan dilakukan. Sekolahan pun juga sudah menyiapkan tempat khusus untuk melakukan proses ini. Satu ruangan milik jurusan otomotif disulap menjadi ruangan bilik suara. Nah di ruangan tersebut, keempatnya diberikan kursi khusus untuk memantau jalannya pemilihan.
Di ruangan itu beberapa logistik pemilihan juga sudah siap. Diantaranya adalah kertas suara sampai kotak suara. Bedanya dalam memilih kandidat, para siswa hanya diberikan selembar potongan kertas yang sudah diberi stempel. Untuk memilih kandidatnya, siswa hanya tinggal menulis angka sesuai dengan nomor urutan kandidat.
Usai memilih, siswa juga diharuskan mendapat stempel di tangannya. "Ya untuk pengganti tinta pemilu saja. Dengan begitu, siswa yang sudah memilih kan tidak akan memilih lagi," terang Inariati, panitia pemilihan.
Pihak sekolah menyebut ada efek positif dari gelaran pemilihan ketua OSIS semacam itu. Para siswa bisa belajar berdemokrasi. "Mereka akan mengerti bagaimana demokrasi itu. Bukan hanya melihat dari media saja. Tapi mereka juga melakoninya," terang Sugeng Widodo.
Untuk pelaksanaan pemilihan kemarin, kata Sugeng, biayanya pun tidak terlalu besar. Sugeng menyebut untuk logistik tidak terlalu menyedot banyak anggaran. "Pakaian adat yang dipakai kandidat pun dibawa sendiri oleh masing-masing calon. Dan asal tahu saja mereka tidak menyewa. Melainkan meminjam," terangnya.
Proses pemilihan, lanjut Sugeng, juga tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar. "Paginya pelajaran tetap berlangsung. Usai mencoblos, pelajaran juga dilanjutkan," tambah Inariati. (fun/yud)
Minggu, 22 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar